Saturday, July 25, 2015

Membuat Play Dough/Malam/Plastisin Sendiri

sumber foto: klik di sini

Bahan:

1. Tepung Terigu 250 gr
2. Garam 125 gr
3. Air 150 ml
4. Minyak goreng 50 ml
5. Pewarna Makanan (warna primer: merah, biru, kuning)

Cara membuat:
1. Cuci tangan terlebih dahulu ya
2. Campur garam dengan tepung
3. Aduk dengan tangan hingga rata
4. Tuang minyak perlahan-lahan sambil diaduk dengan tangan
5. Tuang air secara perlahan pada adonan
6. Sambil terus diaduk dan diremas hingga kalis (tidak lengket di tangan), agak padat dan bisa diangkat


Membuat warna:

1. Bagi adonan menjadi beberapa bagian, teteskan pewarna makanan secukupnya
2. Berkrasilah dengan mengkombinasikan warna-warna primer yang ada


Selamat mencoba

Libur T’lah Tiba



Libur kenaikan kelas sudah datang….mamanya malah bingung kalau kakak Deus di rumah saja, diajak apa ya anak ini biar ga bosan hehe…. Setiap bangun pagi selama liburan pasti tanya: “Ini sekolahnya libur? Kenapa kok sekolahnya libur terus?” Haiya….

Akhirnya mamanya bikin kegiatan membuat play dough sendiri dari tepung terigu, resep play dough dapat dilihat di sini, dan bermain air di kolam tiup. Resep play dough ini bahan-bahannya sangat sederhana dan teksturnya lumayan bagus, cuma kalau menurut saya daya lekatnya kurang bila disatukan antara warna yang satu dengan yang lain, mesti ditambahkan air sedikiiit supaya bisa lengket. Pagi membuat play dough, sorenya ada temen Deus yang datang ke rumah, langsung deh diajak main play dough. Kalau adik Max senang sekali main air, alhasil anak dua batuk pilek setelah main air tiga hari berturut-turut.

Selain itu Deus juga menginap di rumah eyang di Surabaya dan ditinggal sendiri di sana. Ini pertama kali Deus menginap tanpa ditemani mama dan papanya, sempat ragu bisa ga ya Deus ditinggal sendiri takutnya kalau malam nangis minta pulang. Tapi karena sebelumnya sudah ditanya dan Deus menjawab mau dan berani….okelah kita laksanakan. Dan ternyata dia betah ditinggal tanpa ortunya hehe….dan eyang putrinya (yang ti) senang sekali cucunya mau tinggal di sana, sampai-sampai setelah Deus pulang balik ke Kudus setiap hari selama lima hari utinya telpon terus hehe…. Deus-nya juga kadang-kadang bilang minta ke rumah yang ti….ya iyalah kalo di tempat yang ti diajak jalan-jalan terus, dibeli-beliin…gimana ga senang….

Terlepas dari semuanya itu berarti Deus sudah lumayan mandiri dan berani. Great Job kakak Deus.

The Lorax

The Lorax adalah judul dari sebuah film animasi bertemakan lingkungan yang diadaptasi dari buku cerita anak-anak berjudul sama karangan Dr. Seuss. Film ini menceritakan tentang kehidupan sebuah kota bernama Thneed-Ville, kota yang semua benda di dalamnya artifisial. Sampai pohon pun tidak ada yang asli. Karena tidak ada tanaman, udara di kota tersebut tidak begitu bagus maka dijualah udara bersih oleh orang yang bernama O’Hare (Rob Riggle).

Thneed-Ville dikelilingi oleh tembok besar yang tinggi dan tidak ada seorangpun yang boleh melewatinya. Karena semua kebutuhan penduduk kota tersebut sudah tersedia maka tidak ada gunanya untuk keluar melewati batas tembok tersebut. Tapi Ted (Zac Efron) melanggarnya. Ia keluar dari batas kota demi mewujudkan keinginan Audrey (Taylor Swift), gadis pujaannya, yang sangat ingin melihat pohon yang sesungguhnya.

Dari informasi yang Ted dapatkan dari neneknya (Betty White), Ted memberanikan diri keluar dari batas kota untuk menemui Once-ler (Ed-Helms) yang dikatakan mengetahui segalanya tentang pohon. Once-ler sengaja mengasingkan diri karena dia merasa bersalah atas perbuatannya. Dari sinilah diceritakan bagaimana pepohonan tersebut bisa musnah dan siapa The Lorax (Danny DeVitto).

Tidak banyak film animasi yang bertemakan lingkungan seperti The Lorax. Jalan ceritanya ringan dan dapat dilihat untuk segala usia. Dan pesan moral yang ingin disampaikan dapat tergambarkan dengan baik, yaitu bahwa kita harus selalu menjaga kelestarian lingkungan karena alam telah menyediakan segala sesuatu yang kita butuhkan. Tetapi ada adegan yang sedikit mengganngu menurut saya seperti karakter ibu dan saudara-saudara Once-ler yang agak nyleneh.

Saya pribadi suka dengan penggambaran latar kota dan alamnya yang menurut saya dongeng anak-anak banget seperti rumah yang asimetris, pohon yang bentuknya tidak lazim dan berwarna-warni, ikan yang bisa hidup di darat dan bernyanyi, kesemuanya penuh warna. Konon ini kekhasan dari Dr, Seuss pengarang buku cerita ini.

Jadi secara keseluruhan film ini bagus dan cocok untuk anak-anak.

HUT Taman Bermain Ananda Ke-32


Kali ini untuk memperingati HUT Taman Bermain Ananda diadakan lomba antar keluarga peserta didik…ya keluarga…bukan hanya anak-anaknya saja tetapi keluarga…..seru kan…

Ada 3 macam lomba yang diadakan yaitu menyanyikan Jingle Ananda, Membuat Bekal Sehat dan Menarik, dan Membuat Kreasi Alat Permainan Edukatif (APE) dari bahan bekas. Masing-masing kelas mengirimkan satu perwakilan untuk setiap lomba. Melihat pilihan lomba yang ada, papanya Deus langsung tertarik dengan membuat kreasi APE, jiwa desainnya langsung terpanggil hehe...tentu saja dengan pertimbangan kesediaan Deus juga, mendaftarlah kita untuk mewakili lomba APE tersebut.

Sebenarnya apa sih APE atau Alat Permainan Edukatif itu? APE adalah alat permainan yang dirancang secara khusus untuk kepentingan pendididkan yaitu untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak. Jadi APE bukan untuk dipajang tetapi untuk bisa dimainkan. Atau dengan kata lain anak-anak bisa bermain sambil belajar melalui alat tersebut sehingga kegiatan belajar lebih menyenangkan.

Penilaian lomba APE ini selain dilihat dari kegunaan ( bagaimana cara memainkannya), juga dinilai dari keawetan, keamanannya, serta bagaimana setiap anggota keluarga bekerja sama. Nah tantangan di lomba ini bagi kami bukan masalah teknis tetapi lebih ke bagaimana membuat orangtua dan anak bisa bekerja bersama-sama. Mungkin untuk sebagian keluarga tidak masalah tetapi untuk kami ini sebuah tantangan karena anak kami Deus anak yang aktif dan kalau diam terlalu lama dia cepat bosan. Jadi Deus harus diajak ikut mengerjakan hal-hal yang menyenangkan menurut dia, Deus kebagian untuk menggunting, menempel, dan yang paling dia suka memalu. Di menit-menit terakhir Deus sudah kelihatan bosan tapi untunglah dia bisa bertahan.

Dan inilah hasil karya kami yang kami beri nama Pohon Alphabet. Saat pengumuman pemenang Deus sudah ribut aja, katanya: “ Kok gak dipanggil-panggil? Aku mau dapat piala.” Hehe….untungnya hasil karya kami mendapat apresiasi sebagai peringkat pertama pada kategori APE, senangnya….

Memilih Sekolah TK untuk Deus


Sebenarnya bisa dibilang posting ini terlambat, tapi kalau tidak begitu ga ada ceritanya dong hehe….

Jadi sekitar bulan Februari dan Maret 2014, seperti biasa sekolah-sekolah sudah membuka pendaftaran untuk penerimaan siswa baru. Berburulah kami sekolah TK untuk anak pertama kami Deus. Sedari awal kami ingin memasukkan anak-anak kami di sekolah Katolik tetapi karena kami tinggal di kota kecil jadi pilihan sekolah Katolik tidak begitu banyak, hanya ada dua sekolah Katolik di Kota Kudus yaitu Cahaya Nur dan Kanisius. Tapi ada alternatif satu lagi sekolah umum yang ingin kami survei yaitu Taman Bermain Ananda.

Taman bermain Ananda (TB Ananada) ini begitu menarik perhatian saya karena pada suatu kali saya pernah di ajak oleh seorang teman yang anaknya sekolah di situ untuk datang di sebuah acara parenting yang diadakan oleh TB Ananada dalam rangka memperingati HUT-nya yang ke 30. Ikutlah saya, acaranya cukup menarik secara saya baru pertama kali ikut seminar parenting hehe…. Selain seminar parenting, ada juga unjuk bakat siswa-siswi dan tentu saja sedikit promosi tentang sekolah tersebut. Semakin tertarik saja saya dengan sekolah ini.

Kembali ke survei sekolah, akhirnya kami mensurvei ketiga sekolah tersebut. Sebenarnya yang menjadi perhatian utama kami adalah tidak sekedar sekolah itu terkenal bagus atau favorit tapi lebih kepada sekolah yang bisa memfasilitasi anak kami Deus karena Deus ini anaknya begitu aktif dan pada saat itu kami sempat khawatir apa nanti kalau sekolah Deus bisa diam ya….

Saat survei di TB Ananda saya sempat kaget, ini sekolah tidak seperti sekolah. Tidak ada bangku dan meja seperti sekolah pada umumnya, dan ada kelas yang campur dalam arti ruangannya satu tapi digunakan untuk kelas toddler dan TK A. Saat kami melihat-lihat sekolah tersebut, ibu guru yang menemani kami berkeliling menceritakan kegiatan yang sedang dilakukan para murid. Ibu guru tersebut juga menceritakan bahwa ada anak yang di vonis autis yang disekolahkan di situ, tetapi mereka tidak membedakan anak tersebut dengan yang lain, semua diperlakukan sama. O iya alasan kenapa tidak ada bangku dan meja karena anak-anak usia tersebut kebutuhan dasarnya masih bermain supaya tidak membatasi gerak mereka.

Akhirnya dengan segala pertimbangan kami memutuskan memasukkan Deus ke TB Ananda karena menurut kami sekolah tersebut yang sesuai dengan Deus. Dan saat kami mengambil formulir pendaftaran kami mendapat cerita lagi dari pemilik sekolah bahwa di TB Ananda rutin diadakan kelas parenting sedikitnya tiga kali dalam setahun. Waow…ternyata masih ada sekolah, di kota kecil ini, yang peduli dengan anak dan juga orangtuanya, saya pikir tidak banyak sekolah yang mau bersusah payah menyelenggarakan hal seperti itu.

Oke kegitan-kegiatan seru lainnya di Taman Bermain Ananda akan saya ceritakan di posting berikutnya, siapa tahu ada yang sedang mencari info tentang sekolah ini. See yaa…..